Senin, 04 Juni 2012

Peristiwa Pada Masa dark age (abad kgelapan) yang memiliki Nilai Penting untuk Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-hari melalui Pembelajaran terhadap Peserta Didik.


Peristiwa Pada Masa dark age (abad kgelapan) yang memiliki Nilai Penting untuk Diterapkan dalam Kehidupan Sehari-hari melalui Pembelajaran terhadap Peserta Didik.
Periode kegelapan (dark ages) adalah masa yang terbentang selama “abad pertengahan” (medieval), yakni masa-masa di mana masyarakat Eropa didominiasi oleh pemerintahan dan kekuasaan agama Pada zaman feodalisme di Eropa, kekuasaan memang terpusat pada sang raja, tetapi juga terbagi di kalangan para bangsawan di daerah-daerah. Suksesi dalam sistem kultur monarki-aristokrasi pasti berdasarkan darah keturunan. Berkat hubungan timbal balik antara tanah dan upeti, para bangsawan bukan hanya kebagian kekayaan, tetapi juga kekuasaan dan kehormatan.
Pada zaman feodalisme, loyalitas kepada raja identik dengan loyalitas kepada negara. Bukankah raja adalah segala-galanya, kedaulatan berada di tangan raja sebagai wakil Tuhan di dunia. Peristiwa yang paling esensial dan penting pada masa abad pertengahan adalah peristiwa perang salib.
Perang salib adl gerakan besar-besaran pada abad pertengahan yg bersumber dari Kristen Eropa Barat. Gerakan ini berbentuk serangan penjajahan atas negara-negara kaum muslimin khususnya di Timur Dekat dengan maksud menguasainya. Gerakan ini bersumber dari kondisi pikiran sosial ekonomi dan agama yg menguasai Eropa Barat pada abad ke-11. Tindakan itu diambil setelah ada permintaan bantuan dari orang-orang Kristen Timur dalam melawan kaum muslimin dengan memakai tirai agama untuk menyatakan keinginan dirinya agar terbukti dalam bentuk tindakan secar meluas. Kondisi masarakat Eropa Barat menjadi penyebab terjadinya perang salib itu. Motifnya pun sangat kompleks, baik agama sosial politik maupun ekonomi. Faktor agama memang diaktifkan untuk membangkitkan semangat yang menyeluruh dan kesediaan berkorban. Namun agama bukanlah satu-satunya faktor pembangkit perang salib. Faktor-Faktor Pendorong Perang Salib Sebab-sebab terjadinya Perang Salib secara umum di antaranya adalah sebagai berikut :
a.    adanya desakan dinasti Salajiqah terhadap posisi dan kedudukan kekuasaan Bizantyium di Syam dan Asia Kecil. Bahkan Bizantium merasa lebih terancam setelah Salajiqah memenangkan pertempuran yg sangat menentukan di Muzikert pada tahun 1071. Karena itu tidak heran kalau Emperor meminta bantuan dari Eropa Barat termasuk dari Paus yg kekuasaannya cukup besar.
b.   Faktor agama
Faktor ini cukup dominan dalam mengobarkan Perang Salib meskipun persoalan yang sebenarnya cukup kompleks. Agama Kristen berkembang pesat di Eropa Barat terutama setelah Paus mengadakan pembaruan. Sementara itu Kristen mendapat saingan agama-agama lain terutama Islam yang berjaya mengambil alih kekuasaan Bizantium di Timur yang juga menganut agama Kristen seperti Siria Asia Kecil dan Spanyol. Spanyol adalah benteng Eropa bagian barat dan Konstantinofel adalah benteng Eropa sebelah timur. Kedua pintu gerbang ini telah digempur kaum muslimin sejak dinasti Bani Umayyah dilanjutkan oleh dinasti ‘Abbasiah kemudian dinasti Saljuq. Oleh karena itu tidak heran kalau Eropa merasa gentar menghadapi perjembangan kekuasaaan Islam yg dianggapnya sebagai pesaing. Sementara itu pada abad ke-11 kedudukan Paus mulai diangap penting. Ia menjadi pemimpin semua aliran Kristen baik di Barat maupun di Timur. Ia berambisi utk menyatukan semua gereja. Pada waktu itu gereja terpecah menjadi dua gereja Barat dan gereja Timur itu terjadi setelah Konferensi Rum pada tahun 869 M dan Konferensi Konstantinofel pada tahun 879 M. Mereka berbeda paham tentang roh Kudus. Paus berusaha menundukan gereja ortodok Timur tetapi pertentangan antara gereja Barat dgn kekaisaran Bizantium menghambat niat Paus ini. Datanglah peluang emas bagi Paus utk melaksanakan niatnya itu ketika ada permintaan bantuan dari Bizantium utk menghadapi tekanan Salajiqah. Peluang emas ini dimanfaatkan juga agar Paus muncul sebagai pemimpin tunggal untuk semua rakyat masehi dalam berjuang melawan kaum muslimin dan sekaligus bercita-cita menyatukan gereja Timur dan gereja Barat di bawah pimpinan Paus Butros. Semuanya dilakukan dengan memakai kedok agama untuk memerangi kaum muslimin menyelamatkan Bizantium dan mengembalikan tanah-tanah suci di Palestina. Pada tahun 1009 gereja Al-Qiyamah dihancurkan oleh Al-Hakim sehingga “jemaah haji” Kristen mengalami gangguan ketika melewati Asia Kecil. Sentimen agama ini terlalu dibesar-besarkan di Eropa Barat. Seorang paderi Patriarch Ermite menjelang perang Salib berkeliling Eropa. Dengan berpakaian compang-camping kaki telanjang dan mengendarai keledai ia berpidato sambil menceritakan penghinaan pemerintah Saljuq terhadap kesucian Nabi Isa. Dengan cara ini ia berhasil mengumpulkan ribuan orang utk menyerbu Bait al-Maqdis demi kesucian agama mereka. Karena semata-mata didorong oleh sentimen agama tanpa organisasi dan perencanaan yg matang tentara mereka yg sebagian rakyat biasa akhirmnya kandas di perjalanan. Begitulah sebagaimana diutarakan Dr. Shalaby dgn mengutif karya Wells A Short History of the Midle East. Faktor ekonomi. Faktor ini juga turut berperan dalam mendorong terjadiny Perang Salib. Ketika Eropa Barat-terutama Prancis-melancarkan propaganda perang Salib negaranya sedang sedang menghadapi krisis ekonomi. Karena itu sejumlah besar golongan faqir dan kaum kriminal menyambut seruan ini bukan krn panggilan agama tetapi krn panggilan perut. Buktinya mereka merampok serta merampas makanan dan harta benda sesama orang Kristen dalam perjalanan menuju Konstantinopel ketika menyerbu Bait al-Maqdis. Hal ini sebenarnya bertentangan dgn ajaran agama mereka. Selain itu saat itu timbul “tiga besar” yg ditopang oleh pemerintahan Italia yg memberikan bantuan terutama berupa armada laut. Pemerintah Italia bermaksud hendak menguasai dan menduduki pelabuhan-pelabuhan timur dan selatan Mediterania seperti pelabuhan-pelabuhan di Syam supaya perdagangan Timur dan Barat dapat mereka kuasai.
c.    Kepentingan ekonomi ini nampak ketika tentara Salib mengarahkan serangannya ke Mesir. Faktor sosial-politik juga memainkan peranan yg dominan dalam konflik Perang Salib ini. Hal itu dapat dilihat dari gejala berikut. Pertama masyarakat Eropa pada abad pertengahan terbagi atas tiga kelompok kelompok agamawan yg terdiri dari orang-orang gereja dan orang-orang biasa; kelompok ahli perang yg terdiri dari para bangsawan dan penunggang kuda ; dan kelompok petani dan hamba sahaya. Dua kelompok pertama merupakan kelompok minoritas yg secara keseluruhan merupakan institusi yg berkuasa dipandang dari segi sosial-politik yg aristokratis sedangkan kelompok ketiga merupakan mayoritas yg dikuasai oleh kelompok pertama dan kedua yg harus bekerja keras terutama utk memenuhi kebtuhan kedua kelompok tersebut. Karena itu kelompok ketiga ini secara spontan menyambut baik propaganda perang Salib. Bagi mereka kalaupun harus mati lbh baik mati suci daripada mati kelaparan dan hina mati sebagai hamba. Kalau bernasib baik selamat sampai ke Bait al-Maqdis mereka mempunyai harapan baru hidup yg lbh baik daripada di negeri sendiri. Kedua sistem masyarakat feodal selain mengakibatkan timbulnya golongan tertindas juga menimbulkan konflik sosial yg merujuk kepada kepentingan status sosial dan ekonomi misalnya sebagai berikut. Sebagian bangsawan Eropa bercita-cita dalam kesempatan perang Salib ini mendapat tanah baru di Timur. Hal ini menarik mereka krn tanah-tanah di Timur subur udaranya tidak dingin dan harapan mereka bahwa tanah itu aman di banding dgn di Eropa yg sering terlibat peperangan satu sama lain. Dalam proses perang Salib nanti akan nampak bahwa dorongan ini merupakan faktor terlemah tentara Salib krn timbul persaingan bahkan konflik. Undang-undang masyarakat feodal mengenai warisan menyebabkan sebagian generasi muda menjadi miskin krn hak waris hanya dimiliki anak sulung. Dengan mengembara ke Timur melalui perang Salib anak-anak muda ini berharap akan memiliki tanah dan memperoleh kekayaan. Permusuhan yg tak kunjung padam antara pembesar-pembesar feodal telah melahirkan pahlawan yg kerjanya hanya berperang. Kepahlawanan dalam berperang adl kesukaan mereka. Ketika propaganda perang Salib dilancarkan mereka bangkit hendak menunjukan kepahlawanannya. Kepahlawanan mereka selama ini disalurkan melalui olahraga sehingga mereka kurang memperoleh kepuasan. Besarnya kekuasaan Paus pada abad pertengahan yg nampak dari ketidakberdayaan raja utk menolak permintaan Paus. Kalau raja menolak ia dikucilkan oleh gereja yg mengakibatkan turunnya wibawa raja di mata rakyat. Hal ini terbukti ketika raja Frederik II terpaksa turut berperang dgn membawa tentara yg sedikit dan membelok ke Syam ketika ia seharusnya memberikan bantuan ke Mesir . Ia tidak bersemangat untuk berperang. Ia menghubungi Sultan al-Malik al-Kamil utk menerangkan posisinya bahwa ia tidak membawa misi suci . Karena itu ia memintanya untuk menjaga rahasianya agar tidak diketahui orang Jerman. Karena jika Frederik II menempuh perdamaian dgn Al-Kamil maka hal itu dianggap sebagai suatu perdamaian yg oleh Paus dianggap tidak memuaskan.
Cara membelajarkan peristiwa-peristiwa tersebut kepada para peserta didik adalah dengan cara :
Dalam hal ini guru bisa menerapkan model pembelajaran contextual teacher and learning. Melalui konsep ini guru bisa menerapkan model pembelajaran melalui pendekatan Pembelajaran Konstektual. Pembelajaran konstektual merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa serta mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kenyataan hidup sehari-hari. Dengan kata lain pembelajaran kontektual dalam mata pelajaran sejarah berarti mengkaitkan masa lalu (peristiwa yang pernah terjadi) dengan dunia nyata saat ini yang dihadapi siswa.
Dalam hal ini guru harus bisa mengkaitkan tentang sejarah atau peristiwa di masa lampau yang terjadi pada masa abad pertengahan.
Guru harus mampu mengajarkan nilai kepada para peserta didik agar para peserta didik bisa menerapkan toleransi antar sesama umat beragama. Para sisiwa harus saling menghormati antar umat beragama yang saling bebeda. Hal ini dilakukan agar pada masa kehidupan manusia tidak lagi terjadi perang atau perpecahan antar umat manusia.



2 komentar: