Pendekatan dalam Proses Pembelajaran
Sejarah
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang
kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran
dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran
terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan
pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Dalam mata pembelajaran sejarah pendekatan
yang bisa diterapkan adalah pendekatan CTL (contextual teacher and learning). Pembelajarn
kontekstual (Contextual Teaching and learning) adalah konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia
nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sehari-hari. Pendekatan
ini melibatkan tujuh komponen utama pembelajaran efektif, yakni:
konstruktivisme (Constructivism), menemukan (Inquiri), bertanya (Questioning),
masyarakat belajar (Learning Community), pemodelan (Modeling), dan penilaian
sebenarnya (Authentic Assessment).
Alasan penggunaan pendekatan ini tepat untuk diterapkan
dalam pembelajaran sejarah karena Pembelajaran Konstektual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengkaitkan antara materi yang diajarkan
dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara
pengetahuan yang dimiliki dengan kenyataan hidup sehari-hari. Dengan kata lain
pembelajaran kontektual dalam mata pelajaran sejarah berarti mengkaitkan masa
lalu (peristiwa yang pernah terjadi ) dengan dunia
nyata saat ini yang dihadapi oleh siswa.
Selain itu dalam proses
belajar dengan konsep pembelajaran kontekstual ini siswa bisa menggunakana
tujuh komponen utama dalama pembelajaran kontekstual ini yaitu :
a. Kontruktivisme
Konstruktivisme,
konsep ini yang menuntut siswa untuk menyusun dan membangun makna atas
pengalaman baru yang didasarkan pada pengetahuan tertentu. Pengetahuan dibangun
oleh manusia sedikit demi sedikit, hasilnya diperluas melalui konteks yang
terbatas dan tidak secara tiba-tiba. Strategi pemerolehan pengetahuan lebih
diutamakan dibandingkan dengan seberapa banyak siswa mendapatkan atau mengingat
pengetahuan. Selain itu pembelajaran juga harus dikemas menjadi proses
“mengkonstruksi” bukan menerima
pengetahuan.
b. inquiri
merupakan
siklus proses dalam membangun pengetahuan/ konsep yang bermula dari melakukan
observasi, bertanya, investigasi, analisis, kemudian membangun teori atau
konsep. Siklus inkuiri meliputi; observasi, tanya jawab, hipoteis, pengumpulan
data, analisis data, kemudian disimpulkan.inquiri berarti proses perpindahan
dari pengamatan menjadi pemahaman, dalam hal ini siswa belajar menggunakan
keterampilan berpikir kritis.
c. Question (bertanya )
Dalam konsep ini kegiatan tanya jawab
dilakukan baik oleh guru maupun oleh siswa. Pertanyaan guru digunakan untuk
memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara kritis dan
mengevaluasi cara berpikir siswa, sedangkan pertanyaan siswa merupakan wujud
keingintahuan. Tanya jawab dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, guru
dengan siswa, siswa dengan guru, atau siswa dengan orang lain yang di datangkan
ke dalam kelas.dalam hal ini bertanya merupakan kegiatan guru untuk mendorong,
membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
d.
Learning community (masyrakat belajar )
adalah
kelompok belajar atau komunitas yang berfungsi sebagai wadah komunikasi untuk
berbagi pengalaman dan gagasan. Prakteknya dapat berwujud dalam pembentukan
kelompok kecil atau kelompok besar serta mendatangkan ahli ke kelas, bekerja dengan
kelas sederajat, bekerja dengan kelas di atasnya, serta bekerja dengan
masyarakat. Hal ini bertujuan agar siswa dapat bettukar pengalaman atau berbagi
ide.
e.
Modeling (permodelan)
dalam
konsep ini kegiatan mendemontrasikan suatu kinerja agar siswa dapat mencontoh,
belajar atau melakukan sesuatu sesuai dengan model yang diberikan. Guru memberi
model tentang how to learn (cara belajar). Guru bukan satu-satunya model
belajar melainkan model belajar ini juga bisa diambil dari siswa yang
berprestasi. Dalam proses ini penampilan suatu contoh diharapkan agar siswa dapat berpikir, bekerja dan belajar
f.
Reflection (refleksi )
yaitu
melihat kembali atau merespon suatu kejadian, kegiatan dan pengalaman yang
bertujuan untuk mengidentifikasi hal-hal yang sudah diketahui, dan hal yang
belum diketahui agar dapat dilakukan suatu tindakan penyempurnaan. Adapun
realisasinya adalah: pertanyaan langsung
tentang apa-apa yang diperolehnya hari itu, catatan dan jurnal di buku siswa,
kesan dan saran siswa mengenai pembelajaran pada hari itu, diskusi dan hasil
karya. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengetahui cara berpikir tentang apa
yang telah siswa pelajari.
g.
Authentic Assement (penilaian yang sebenarnya)
adalah prosedur r penilaian yang menunjukkan
kemampuan (pengetahuan, ketrampilan sikap) siswa secara nyata. Penekanan
penilaian otentik ditekankan pada
pembelajaran yang seharusnya membantu siswa agar mampu mempelajari
sesuatu. Kemajuan belajar dinilai tidak hanya hasil tetapi lebih pada prosesnya
dengan berbagai cara untuk menilai pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh
siswa. Hal ini bias dilakukan dengan cara pemberian tugas-tugas yang relevan
dan kontekstual.
Penerapan dalam proses pembelajaran sejarah dapat
dilakukan dengan cara :
Sebagai
gambaran jika kita membahas peradaban prasejarah di Indonesia, khususnya
mengenai jaman Megalitikum, tentang
konsep punden berundak-undak yang mengatakan bahwa tempat yang paling tinggi
merupakan tempat yang paling suci, ternyata konsep ini masih dipakai saat ini,
dalam kenyataan hidup sehari-hari siswa bisa melihat arsitektur bangunan masjid
di Indonesia yang sebagian menggunakan arsitektur atap tumpang ( bertingkat ). Sehingga dengan kenyataan itu
siswa bisa mengkonstruksi pengetahuannya kembali tentang konsep megalitikum dan
arsitektur masjid, ternyata arsitektur masjid di Indonesia berbeda dengan
negara asalnya. Di
Indonesia terjadi proses akulturasi ( perpaduan budaya ). Begitu juga jika kita
melihat tata kota di Indonesia khususnya di pulau jawa, kebanyakan masih
menggunakan tata kota tradisional yang mengacu pada Mocopat , di mana di tengah
ada tanah lapang ( alun-alun ), pusat pemerintahan di sebelah utara alun-alun ,
tempat ibadah di sebelah barat alun-alun, dan sekeliling lainnya ada pasar dan
tempat penjara. Semua konsep lama masih dipakai sampai saat ini.
a.
Dalam menggunakan metode Inquiri yang menjadi
inti dalam pembelajaran Kontekstual , pembelajaran Sejarah bisa diarahkan ke
kegiatan untuk membuat atau mengerjakan sendiri, misalnya ketika membahas
materi kerajaan hindu-budha di Indonesia, setelah membaca materi siswa bisa
membuat sendiri bagan silsilah raja-raja Majapahit, sehingga bisa mengetahui
raja yang mana yang merupakan keturunan Raden Wijaya ( pendiri Majapahit ) dan
raja mana yang bukan keturunan pendiri majapahit, dari tugas itu juga secara
otomatis siswa juga bisa mengetahui terjadinya perebutan kekuasaan ( perang
saudara ) yang pernah terjadi. siswa juga bisa diberi tugas menggali silsilah
keluarganya sendiri dari penuturan orang tuanya baik dari keluarga ayah maupun
dari keluarga ibunya, sehingga bisa mengetahui cikal bakalnya dan dari mana
sebenarnya nenek moyangnya berasal.
b.
Metode bertanya (Questioning) yang merupakan
salah satu komponen dari CTL , dapat diterapkan pada semua materi sejarah yang
diajarkan. Bahkan hampir pada semua aktifitas belajar sejarah bisa menggunakan
Questioning ini misalnya, dalam ceramah variasi guru bisa menyelipkan
pertanyaan kepada siswa, ketika diskusi kelompok pasti menggunakan pertanyaan,
begitu juga bila ada kerja kelompok, kegiatan bertanya tentu tidak bisa
dipisahkan .
c.
Penggunaan konsep Learning Community dalam
mata pelajaran sejarah juga sangat baik, sebab dengan cara belajar kelompok
akan memudahkan siswa dalam menangkap materi yang sedang dipelajari. Siswa
dibagi dalam kelompok-kelompok yang anggotanya heterogen. Yang pandai mengajari
yang lemah, yang sudah menguasai memberi tahu yang belum menguasai, yang cepat
menangkap mendorong temannya yang lambat, yang mempunyai gagasan segera memberi
usulan dan seterusnya. Dalam “ Masyarakat belajar “ bisa terjadi proses
komunikasi dua arah. Seorang guru yang menggunakan metode ceramah murni bukan
contoh masyarakat belajar karena komunikasi hanya terjadi satu arah yaitu
komunikasi hanya terjadi dari guru kearah siswa. Tetapi penggunaan ceramah yang
diselingi tanya jawab yang juga mengadopsi pendapat kelompok-kelompok siswa,
termasuk masyarakat belajar. Pada prinsipnya konsep Learning Community
menyarankan agar hasil pembelajaran yang diperoleh, merupakan perwujudan proses
kerjasama secara timbal balik yang melibatkan kelompok satu dengan kelompok
lain, salah satu contoh kongkrit dari konsep Learning Community dalam mata
pelajaran sejarah yaitu penggunaan metode diskusi kelompok dalam pembelajaran.
d.
Penggunaan Pemodelan ( modeling ) dalam
mempelajari sejarah, bisa diarahkan pada penggunaan metode bermain peran atau sosio drama.
e.
Komponen lain dari pembelajaran CTL yaitu
refleksi , juga sangat cocok digunakan pada pembelajaran sejarah. Siswa dapat
diberi tugas menganalisis peristiwa sejarah di masa lalu, apa segi positifnya
dan apa segi negatifnya, dan bagaimana kesimpulannya. Contextual Teaching and
Learning /CTL merupakan salah satu model pembelajaran, diharapkan dapat
menambah kemampuan dan wawasan guru dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar
yang dilaksanakan di sekolah.
By : Elis .P
terima kasih
BalasHapus